Mike Portal | Pembantaian
kembali terjadi di tanah Palestina. Serangan membabi buta terjadi siang
dan malam yang dilakukan oleh militer Israel. Militer Israel menyerang
dan menghacurkan wilayah-wilayah penduduk sipil yang tidak berdosa,
walau Israel selalu berdalih bahwa target sasaran militernya adalah
tempat-tempat teroris dan pusat-pusat militer Hamas, akan tetapi
kenyataannya berbalik, Israel tidak bosan-bosannya membuat teror
berdarah kewilayah-wilayah penduduk sipil Palestina.
Tidak tanggung-tanggung militer Israel atas perintah Perdana Menteri
Benjamin Netanyahu, militernya untuk terus menggempur wilayah Gaza,
padahal pada waktu yang sama di Palestina mendapatkan kunjungan Perdana
Menteri Mesir Hesham Kandil, Jumat 16 November 2012.
Sebelumnya pihak Israel sendiri telah berjanji dengan pernyataan
resminya bahwa Israel siap menghentikan sementara serangan militer
selama tiga jam kunjungan Perdana Menteri Mesir Hesham Kandil atas
permintaan pemerintahan Mesir. Akan tetapi pernyataan resmi tersebut
telah dilanggarnya oleh pihak Israel sendiri. Israel berdalih kuat bahwa
serangan diawali dengan adanya serangan dari Hamas dengan
roket-roketnya yang mengarah ke ibukota Israel, Tel Aviv.
Kedua kekuatan tidak saling mengalah, keduanya saling baku tembak, dan
akhirnya banyak warga sipil yang menderita, baik nyawa maupun harta.
Korban terbanyak jatuh kepada pihak Palestina, yaitu anak-anak dan para
orang tua. Dalam serangan Israel ke Gaza Palestina, tepatnya saat
kedapatan kunjungan Perdana Menteri Mesir Hesham Kandil, Israel
mengeluarkan penyataan kerasnya dan sekaligus ancaman buat Palestina,
bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mengerahkan
pasukannya ke jalur Gaza dengan jumlah yang lebih besar.
Sepertinya pergolakan di tanah Palestina dengan tetangga dekatnya zionis
Israel tidak akan pernah berakhir, walau sering kali terjadi berbagai
perjanjian resmi berskala Internasional hampir setiap tahunnya. Akan
tetapi dari pihak zionis Israel sendiri tetap masih merasa kurang puas
dan tidak pernah ikhlas dari setiap perjanjian dan kesepakan perdamai
yang di tandatanganinya oleh pihak Palestina.
Zionis Israel tetap bersihkukuh ingin menghabiskan rakyat Palestina
sampai keakar-akarnya, pasalnya Israel masih ingin menguasai dan
memperluas wilayah geografis negaranya. Karena bagi kebanyakan rakyat
zionis Israel bahwa tanah Palestina adalah bagian dari tanah yang
dijanjikan menurut kitab sucinya, Taurat. Makanya sampai saat ini zionis
Israel terus-menerus sepanjang tahun menggempur kedaulatan Palestina.
Kekuatan Israel semakin memuncak dengan adanya banyak dukungan dari
negara-negara zionis lainnya, Amerika Serikat dan negara-negara di
Eropa, belum lagi dukungan beberapa negara zionis yang ada di Asia,
Afrika dan di Timur Tengah itu sendiri. Baik dukungan berupa bantuan
peralatan militer berteknologi canggih, dukungan kekuatan finansial juga
dukungan diplomasi Internasinal. Namun sebenarnya bagaimana sih awal
sejarah Israel membantai Palestina ???
Hingga saat itu peperangan panjang terus terjadi di tanah Palestina yang
dikuasai oleh zionis Israel. Sementara masyarakat dunia belum tahu
kapan bakal berakhir konflik antara Palestina dan Isael, sebab kedua
pihak masih saling baku tembak. Rakyat dan militer Palestina tetap
berjuang mempertahankan wilayah dan kemerdekaannya atas penindasan
Israel sampai sekarang. Namun dalam hal tersebut tetap harus ada campur
tangan dari pihak-pihak Internasional, yaitu Dewan Perserikatan
Bangsa-bangsa dan Organisasi Islam Dunia.
Dan di dalam kekuatan Israel sendiri terjadi pamor kuat dari posisinya
semakin melonjak, sementara negara-negara Persatuan Liga Arab harus
menanggung akibat sebagai pihak yang kalah. Sudah kehilangan wilayah,
mereka pun harus menanggung malu serta terkuras kekuatan militer maupun
ekonominya. Dengan posisi tawarnya yang kini jauh lebih kuat, Israel
beranggapan dan bahkan yakin, bahwa akhirnya Tel Aviv akan memperoleh
kedamaian.
Bertolak dari kemenangan dan kekuatan itu, Tel Aviv percaya akan mampu
menekan negara-negara Arab dalam perundingan perdamaian. Israel pun
sudah bermimpi bahwa kekerasan dan perang yang selalu mewarnai
sejarahnya, segera akan berakhir. Kenyataan ternyata berbicara lain.
Dan bagi Indonesia mendukung perjuangan Palestina, sedikitnya 28 aktivis
Indonesia saat ini giat membangun Rumah Sakit Indonesia di Kota Gaza,
Palestina. Mereka tetap bertahan di tengah gencarnya gempuran Israel di
wilayah bergolak tersebut di jalur Gaza. Pembangunan Rumah Sakit
Indonesia di Kota Gaza saat ini sudah memasuki tahap ke dua, dan
sebagian besar sudah rampung dan sedang memasang tembok.
Kebrutal Israel terhadap bangsa Palestina yang kembali terjadi
mengundang banyak reaksi keras dari dalam negeri dan sejumlah
negara-negara di dunia. Serangan yang dilancarkan militer Israel ke
sejumlah wilayah di Palestina itu dikecam keras pula oleh Wakil Ketua
MPR Lukman Hakim Saifuddin.
Lukman Hakim Saifuddin menyatakan kekerasan yang dilakukan tentara rezim
zionis Israel terhadap warga sipil Palestina sudah amat terlalu jauh
melanggar. Dan Israel sekarang juga telah melarang kewajiban warga
muslim Palestina untuk menunaikan shalat Jumat di Masjid Al-Aqsha.
Kejadian Jumat siang, 16 November 2012 sungguh telah melanggar hak-hak
dasar beragama umat muslim, terasuk pula pelanggaran hak azasi
kemanusian lainnya.
“Dan pemerintahan Republik Indonesia harus segera ajukan protes keras ke
Israel atas kejadian tersebut, juga mendesak PBB dan badan-badan
internasional lainnya untuk lebih proaktif menciptakan perdamaian di
tanah Palestina,” ujar Lukman.
Lukman juga mengimbau Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk
dapat memanfaatkan forum KTT Asean di Kamboja dan KTT Asia Timur di
Pakistan yang akan dihadirinya. SBY bersama negara-negara Asean dan
negara-negara D8 lainnya diminta mencarikan solusi perdamaian atas
konflik Israel-Palestina yang kini kembali memuncak.
Sumber Kompas.com memberitakan bahwa Angkatan Bersenjata Israel (IDF)
menambah 16.000 personel tentara untuk merealisasikan operasi militer ke
Gaza. Anggota tambahan itu berasal dari pasukan cadangan militer.
Jumlah tambahan itu merupakan bagian dari 30.000 tentara cadangan yang
dipanggil sebelumnya atas perintah Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak.
Perintah penambahan pasukan itu dilbuat tak lama setelah dua roket
menghantam kawasan Tel Aviv. Serangan itu merupakan kali pertama sejak
Perang Teluk 1991. IDF mengintensifkan pasukan udara dan laut untuk
melindungi kawasan pantainya pascaserangan roket tersebut. Dan militer
Israel telah membidik 150 sasaran sesuai skala roket jarak medium menuju
Gaza.
Sebelumnya pada hari Rabu 14 November 2012 militer Israel juga telah
mengkaim bahwa pihaknya berhasil menewaskan Pemimpin militer kelompok
militan Palestina, Hamas, Ahmed Jabari, tewas dalam serangan udara
Israel di Gaza. Ahmed Jabari, 46, tewas ketika mobil yang dikendarainya
dihantam serangan udara Israel selagi melaju di pusat kota Gaza.
Kabar terakhir bahwa serangan militer Israel baru-baru ini ada
hubungannya dengan kontrak politik yang dilakukan oleh pemerintahan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan calon presiden Amerika
Serikat Mitt Romney yang saat ini tengah bersaing bersama presiden
Barack Obama, dan sejumlah pejabat penting di Gedung Putih.
Kilas Balik Awal Pergolakan Palestina dengan Israel
Zionis Israel sendiri adalah salah satu negara di Timur Tengah yang
menjadi anak emas Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa lainnya.
Pasalnya menurut catatan sejarah Israel pada zamannya, Israel adalah
negara Israel ( bangsa Yahudi) yang berdiaspora telah lama bercita-cita
untuk kembali ke Zion dan Tanah Israel.
Harapan dan kerinduan tersebut tercatat pada Alkitab dan merupakan tema
pusat pada buku doa Yahudi. Pada permulaan abad ke-12, penindasan bangsa
Yahudi oleh Katolik mendorong perpindahan orang-orang Yahudi Eropa ke
Tanah Suci dan meningkatkan jumlah populasi Yahudi setelah pengusiran
orang Yahudi dari Spanyol pada tahun 1492.
Selama abad ke-16, komunitas-komunitas besar Yahudi kebanyakan berpusat
pada Empat Kota Suci Yahudi, yaitu Yerusalem, Hebron, Tiberias, dan
Safed. Pada pertengahan kedua abad ke-18, keseluruhan komunitas Hasidut
yang berasal dari Eropa Timur telah berpindah ke Tanah Suci
Imigrasi dalam skala besar terjadi, dikenal sebagai Aliyah Pertama,
dimulai pada tahun 1881, yakni pada saat orang-orang bangsa Yahudi
melarikan diri dari pogrom di Eropa Timur. Manakala saat itu gerakan
Zionisme telah ada sejak dahulu kala, Theodor Herzl merupakan orang
bangsa Yahudi pertama yang mendirikan gerakan politik Zionisme, yakni
gerakan yang bertujuan mendirikan negara Yahudi di Tanah Israel.
Kemudian seiring perjalanan waktu yaitu pada tahun 1896, Herzl
menerbitkan buku Der Judenstaat (Negara Yahudi), memaparkan visinya
tentang negara masa depan Yahudi, selanjutanya di tahun berikutnya ia
kemudian mengetuai Kongres Zionis Sedunia pertama.
Aliyah Kedua (1904–1914) dimulai setelah terjadinya pogrom Kishinev.
Sekitar 40.000 orang bangsa Yahudi kemudian berpindah ke Palestina. Baik
gelombang pertama dan kedua migrasi tersebut utamanya adalah Yahudi
Ortodoks, namun pada Aliyah Kedua ini juga meliputi pelopor-pelopor
gerakan kibbutz.
Selama Perang Dunia I, Menteri Luar Negeri Britania Arthur Balfour
mengeluarkan pernyataan yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour, yaitu
deklarasi yang mendukung pendirian negara Yahudi di tanah Palestina.
Atas permintaan Edwin Samuel Montagu dan Lord Curzon, disisipkan pula
pernyataan mendukung rencana-rencana Zionis mendirikan ‘tanah air’ bagi
Yahudi di Palestina, dengan syarat bahwa tak ada hal-hal yang boleh
dilakukan yang mungkin merugikan hak-hak dari komunitas-komunitas yang
ada di sana.
Kemudian Legiun Yahudi, sekelompok batalion yang terdiri dari
sukarelawan-sukarelawan Zionis, dan pada akhirnya Britania menaklukkan
Palestina. Oposisi Arab terhadap rencana ini berujung pada Kerusuhan
Palestina 1920 dan pembentukan organisasi Yahudi yang dikenal sebagai
Haganah (dalam Bahasa Ibrani artinya “Pertahanan”). Demikianlah
sepenggal sejarah awal terjadinya peperangan antara bangsa Palestina
dengan zionis Israel hingga sampai abad 21 ini…
*****
Akan tetapi ada sebagian ahli sejarah Internasional tentang Israel
menjelaskan bahwa awal terjadinya pergolakan antara Palestina dengan
Israel adanya, Deklarasi Balfour atau Perjanjian Balfour merupakan
sebuah surat yang dikirimkan Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James
Balfour, kepada Lord Rothschild, pemimpin komunitas Yahudi Inggris,
untuk disampaikan kepada Federasi Zionis. Surat itu berisi hasil rapat
Kabinet Inggris pada 31 Oktober 1917 yang menyatakan mendukung
rencana-rencana Zionis bangsa Yahudi (Israel) mendirikan tanah air bagi
Yahudi di Palestina, dengan syarat yang sama seperti yang terungkap
diatas sebelumnya bahwa, tak ada hal-hal yang boleh dilakukan yang
mungkin merugikan hak-hak dari komunitas-komunitas yang ada di sana.
Konflik terjadi karena ketidaktegasan penjajah dalam membagi wilayah.
Dan saat itu, mayoritas wilayah Palestina berada di bawah kekuasaan
Khilafah Turki Utsmani dan batas-batas yang akan menjadi Palestina telah
dibuat sebagai bagian dari Persetujuan Sykes-Picot pada 16 Mei 1916
antara Inggris dan Prancis.
Sebagai balasan untuk komitmen dalam deklarasi Balfour, komunitas Yahudi
akan berusaha meyakinkan Amerika Serikat ikut dalam Perang Dunia I.
Kata-kata dalam Deklarasi Balfour kemudian digabungkan ke dalam
perjanjian damai Sèvres dengan Turki Utsmani dan Mandat untuk Palestina.
Berikut isi surat dari Albert James Balfour yang dikirimkan kepada Lord
Rothschild:
“Saya sangat senang dalam menyampaikan kepada Anda, atas nama
Pemerintahan Sri Baginda, pernyataan simpati terhadap aspirasi Zionis
Yahudi yang telah diajukan kepada dan disetujui oleh Kabinet.”
“Pemerintahan Sri Baginda memandang positif pendirian di Palestina tanah
air untuk orang Yahudi, dan akan menggunakan usaha keras terbaik mereka
untuk memudahkan tercapainya tujuan ini, karena jelas dipahami bahwa
tidak ada suatupun yang boleh dilakukan yang dapat merugikan hak-hak
penduduk dan keagamaan dari komunitas-komunitas non-Yahudi yang ada di
Palestina, ataupun hak-hak dan status politis yang dimiliki orang Yahudi
di negara-negara lainnya.”
“Saya sangat berterima kasih jika Anda dapat menyampaikan deklarasi ini
untuk diketahui oleh Federasi Zionis. Tak lama setelah ada Deklarasi
Balfour, eksodus warga Yahudi di berbagai penjuru dunia ke Palestina
mulai terjadi.”
Akan tetapi dalam perjalanannya orang bangsa Yahudi tersebut mendirikan
negara Israel pada tahun 1948. Sebuah negara yang muncul kembali setelah
lebih dari 2.500 tahun menghilang dari muka bumi, karena konflik
internal dan penjajahan.
Israel pun lantas terlibat pertikaian perebutan wilayah dengan Palestina
dan Yordania, serta negara-negara Arab lain. Selama Perang Dunia I
Inggris mengambil alih Yerusalem (1917) dan menetapkan kota itu di dalam
The Palestine Mandate dari tahun 1922-1948.
Pada tahun 1948, Inggris sebagai pemegang otoritas tanah Palestina
tiba-tiba menyatakan tidak bertanggung jawab lagi atas seluruh Palestina
yang dikuasakan kepadanya oleh Liga Bangsa-Bangsa yang telah bubar. Nah
sudah jelaskan sekarang siapa yang salah.. masa kita numpang tiba-tiba
mau jadi tuan rumah gak benerkan, itulah zionis Israel..!!!
Penulis : Syaifud Adidharta
1 komentar:
:b: nice info
Posting Komentar